Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Saling Meracuni

Hari ini kita berbincang lagi. Di awali dengan cerita tentang adikmu yang (sepertinya terlihat) tak merestui adanya kedekatan kita. Aku jadi ingat, dulu aku pun pernah cemburu pada adikmu yang selalu terus melekat disampingmu. Tapi aku berfikir lagi, "Cemburu? Hahaha! Siapa kamu sha..?!" Lalu, aku tak tahu mengapa di tengah perbincangan kita, tiba-tiba kamu mengatakan bahwa aku 'meracuni' kamu. Meracuni? Apa? Bagaimana bisa aku yang bodoh ini meracuni kamu, manusia dengan segala kemampuan yang ingin sekali ku curi. Lalu kau juga bilang aku meracuni bahwa aku ingin balas dendam. UNTUK APA? Bahkan aku tak pernah menyimpan sedikitpun dendam padamu walau seringkali kau hempaskan aku hingga kembali jatuh ke bumi. Kamu yang di anugerahi Tuhan dengan bakat yang membuatku iri, tak mungkin aku meracuni, karena seharusnya akulah yang berkata demikian. Kamu meracuni aku. Kamu kini jadi doping ku. Tanpa kamu di hari-hariku, aku merasa tak sanggup hidup lagi. Berlebihan? Iy

Istana dan Bentengnya (2)

Kupikir semuanya akan kembali sempurna, tapi.. Pondasi yang aku buat ternyata tak sekuat yang aku bayangkan. Aku mulai goyah. Aku tak tahu, tapi ku rasa benteng pertahananku juga sudah kecolongan. Buktinya, masih ada saja orang yang masuk dan merusak aku, biarpun hanya kerusakan kecil, tapi berakibat fatal. Orang itu menyayat dan menebarkan benih luka. Sungguh, perih rasanya. Dan disaat seperti ini, kemana semua penghuni ? Tak adakah yang tahu keadaanku ? Aku tidak sanggup lagi menahan rasa sakitnya. Puing-puing kecil mulai berjatuhan. Aku mulai runtuh sedikit demi sedikit dengan sendirinya. Segera ku usir semua orang untuk pergi. Aku tak mau ada yang terluka. Cukup aku yang terluka. Setelah semua orang pergi, ku tutup pintu istana rapat-rapat. Agar tak ada lagi orang yang masuk dan menetap. Biar ku perbaiki dulu kerusakan diriku. Biar ku sembuhkan luka dan kulenyapkan rasa sakitku dulu. Tak mungkin, kan, penghuniku terbunuh karena aku yang tak kuasa menahan diri ? Pe

Mengerti di Mengerti

Aku tau.. Semua orang pasti mau dimengerti kemauannya.. Dipahami isi hatinya.. Iya kan? Kamu pun begitu. Tapi..

Salahku

Ku lempar handphoneku, lelah membaca semua pesan masuk yang memuakan itu. Lalu aku mulai menulis semua yang aku pikirkan dan ku rasakan saat ini. Sebelum kamu membaca ini, tolong, jangan salah paham dulu. Aku memang senang bercerita lewat tulisan. Aku kini tidak biasa jika bercerita lewat obrolan. Karena tak ada seorangpun yang bisa ku percaya. Sungguh. Mereka hanya ingin tahu masalahku lalu menjadikannya bahan hinaan mereka yang membuatku semakin terpuruk. Tak ada ketulusan membantuku, memberi solusi. Menulis pun tidak memberiku solusi, hanya saja ia bisa memberiku ketenangan hingga aku bisa merenung dan menemukan jalan keluarnya. Aku senang menulis, itu saja.

Ketakutan Terbesarku

"hah....." Ku rebahkan tubuhku diatas kasur tidurku. Kembali ku ingat-ingat apa saja yang terjadi seharian ini. Hari ini memang sangat melelahkan. Setelah mengerjakan soal fisika yang..um..cukup membuat gila, sepulang sekolah aku juga harus menyelesaikan urusan yang membuat ku di bentak-bentak ahkir-ahkir ini :') wahai proposal, oh kamu yang aku perjuangkan. Tuh kan aku mulai gila. Ketidakwarasanku setelah fisika nyaris hilang ketika membaca pesanmu kalau kamu akan datang. Ah senangnya, setidaknya hari ini aku bisa melihat senyummu yang bisa melegakan kepenatanku :3 Ku lihat bocah abu-abu duduk sendiri sambil memainkan handphone nya. Sebenarnya, kak, ada yang ingin aku ceritakan mengenai teman-temanku. Dengan harap kamu bisa memberi masukan, atau menghina ku sekalian karena aku yang terlalu pengecut hingga down sendiri. Tapi.... "itu birthday boy maksudnya apa" Deg! Andai saja aku punya kemampuan untuk tidak terlihat, atau pindah ke tempat lain dal

to Birthday Boy

Di atas kertas-kertas soal latihan yang berserakan, aku yang bodoh ini tidak ingin mengungkapkan banyak hal. Walaupun sebisa mungkin aku berusaha tidak menulis banyak hal tentangmu, tapi ku yakin tulisan ini akan terdiri dari beberapa paragraf yang tentunya tak akan pernah terbaca olehmu. Selamat ulang tahun, kak.. Semoga tidak terlambat. Aku hanya ingin di umurmu yang semakin bertambah ini, kamu tumbuh menjadi pribadi yang menurut pada perkataan orang tua, mencintai adik perempuanmu, mengemban tanggung jawab sebagai seorang kakak, dan mampu menjaga hati perempuan yang ada di hatimu saat ini. Hampir satu tahun setelah pertemuan kita, dan selama itu pun aku tidak pernah berani mengungkapkan yang sebenarnya ku rasakan selama ini. Ada rasa sesak yang selalu kurasakan, rasa takut kehilangan yang tak pernah ku pahami. Sejak bertemu dengan mu, aku tak meminta banyak hal selain bisa terus dekat denganmu. Setiap bertemu denganmu, kamu berubah menjadi apapun yang ku takutkan. Setiap m

Lebih Rendah dari Sampah

"Kamu itu lebih rendah dari sampah.." Bagaimana perasaanmu jika kata-kata itu ditujukan untuk kamu? Sedih? Marah? Kecewa? Down? Lalu merasa rendah diri? Sebagian dari kita pasti akan merasa begitu, bukan? Kalimat seperti itu memang tidaklah termasuk dalam golongan kalimat motivasi, tapi lebih menjatuhkan. Tapi, janganlah dulu berfikiran yang negatif. Jangan dulu merasa sedih, marah, down, lalu merasa rendah diri karena dianggap 'lebih rendah dari sampah'. Coba ambil sisi positifnya. Jadikan motivasi. Berkaca lebih dulu "apa yang salah dari diri saya hingga dianggap demikian" Lalu bangkit dan buktikan kalau kamu TIDAK LEBIH RENDAH DARI SAMPAH. Buktikan bahwa kamu mampu menjadi demikian. Jangan mau di injak-injak dengan pasrahnya. Buktikan bahwa mereka salah menilai dan mengatakan kamu lebih rendah dari sampah. Mereka salah.. mereka salah.. Saya pun begitu.. Saat sedang sakit-sakitnya berjuang untuk sebuah pembuktian, seseorang malah