Salahku

Ku lempar handphoneku, lelah membaca semua pesan masuk yang memuakan itu. Lalu aku mulai menulis semua yang aku pikirkan dan ku rasakan saat ini.
Sebelum kamu membaca ini, tolong, jangan salah paham dulu. Aku memang senang bercerita lewat tulisan. Aku kini tidak biasa jika bercerita lewat obrolan. Karena tak ada seorangpun yang bisa ku percaya. Sungguh. Mereka hanya ingin tahu masalahku lalu menjadikannya bahan hinaan mereka yang membuatku semakin terpuruk. Tak ada ketulusan membantuku, memberi solusi.
Menulis pun tidak memberiku solusi, hanya saja ia bisa memberiku ketenangan hingga aku bisa merenung dan menemukan jalan keluarnya.
Aku senang menulis, itu saja.
Sekelebat pertanyaan melayang layang di otakku. Sesak yang memenuhi dadaku mulai menyeruak.
Haaaah.... Kenapa jadi begini? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku kan tidak minta ahkir yang seperti ini, Tuhan..
Atau.. Ini belum berahkir? Tapi sampai kapan? Aku mulai sakit dihajar seperti ini..
Oh iya, aku tak mengerti apa yang ku pikirkan hingga bisa tersenyum saat bertemu denganmu siang tadi.
Aku bisa tersenyum!! Hebat bukan?!
Setelah menahan perih sayatan yang menciptakan luka baru, aku masih sanggup tersenyum.. Entah Malaikat apa yang dikirim Tuhan untuk membantuku menciptakan senyum itu. Tapi rasanya aku memang mampu bahagia hanya dengan bertemu denganmu walau hanya sekianmilidetik.
Ketahuilah tampan, ini bukan salahmu atau siapapun.
Ini semua salahku yang terlalu sok berani mencintaimu.
Aku memang menyayangimu, tapi tak perlu memaksakan dirimu untuk membalas kepedulianku. Aku tak butuh kepalsuan. haha..
Aku memang takut kehilangan, tapi bukan berarti kamu jadi memaksakan diri harus selalu ada untukku hanya sekedar menjaga perasaanku. Tak perlu.. Jadi berhentilah menyalahkan dirimu karena sesuatu yang-sangat-tidak-penting ini, Nik..
Dan aku?
Senyum yang aku buat memang palsu. Biar saja dulu aku gunakan untuk menyembunyikan yang hancur. Memang itu fungsinya, hehe.
Biarkan aku mencoba bangkit sendiri.
Biarkan aku mencari jalan sendiri.
Biarkan aku obati hatiku sendiri.
Kau sendiri yang bilang "Let it flow".
Yasudah, biarkan saja semuanya mengalir
Entah bagaimana ahkirnya nanti..

Komentar