Luka

Ketika telah membuka hati, aku harus bersiap kehilangan lagi.
Apakah setelah cinta memang harus selalu ada air mata dan luka hati?
Bagaimana jika luka adalah sebuah lingkaran. Tidak bermula dan tidak berahkir.
Mengelilingi hati dengan jeratan berhiaskan duri.
Seperti cincin yang terbuat dari batang bunga mawar. Menusuk dari seluruh sisi.

Luka yang tidak mengenal waktu.
Luka yang tidak pernah mendengar kata berhenti.
Luka yang hanya tahu ia ada untuk melukai.
Luka yang tidak bisa disembuhkan.
Luka yang tidak mau disembuhkan.
Luka yang menolak segala usaha perbaikan.
Luka yang menganggap dirinya abadi. Dan memang, ia adalah abadi.
Luka yang tidak mengenal kata berpisah.
Luka yang selalu bertemu dengan luka yang lain.
Luka yang berkoloni.
Luka yang berkumpul dan berumah.
Luka yang beranak pinak, melahirkan luka-luka kecil yang lain.
Luka-luka yang baru.
Luka-luka yang gembira.
Luka yang bahagia karena menjadi jamak, menjadi banyak. Menjadi lebih berkuasa dan lebih merajalela.
Luka-luka yang menunggu inangnya menyerah, bertekuk lutut, dan mengakui kekuasaan mereka.
Luka-luka yang berambisi menjadi raja. Raja di hati yang rusak.
Hati yang rusak karena si pemilik yang terlalu naif dan berharap.
Hati yang terlalu banyak berharap karena ia tidak belajar dari kekecewaan.
Tapi hatiku tidak. Hatiku belajar dari kekecewaan.
Namun setelah diuji, ternyata hatiku sama saja lemahnya. Tak berhasil..