Percakapan Terahkir

Kelas Seni, 31 Juli 2015

Hari ini hari keberangkatanmu pendidikan di SPN Singaraja, Bali. Bukan jarak yang terbilang dekat. Aku berharap-harap cemas menantikan kabarmu. Menunggu balasan pesan singkat darimu yang memang sangat singkat. Bukan seperti biasanya kamu seperti ini. Aku sangat sangat mengerti kamu disana sedang kerepotan mengurus keberangkatanmu, jadi aku diam tak menuntut protes. Kau masih sempat membalasnya saja aku sudah senang luarbiasa.
Saat jam istirahat tiba, ponselku berdering. Ternyata panggilan masuk darimu.

"Hallo.."

"Iya hallo.. kakak belum berangkat?"

"Belum. kakak masih kumpul di senayan. Kamu di sekolah?"

"Iya kak"

"Lagi ngapain? Udah intensif belajar hari ini?"

"Lagi jam istirahat, kak, tadi beberapa guru udah masuk materi"

"Begitu.. Oh iya, maaf kakak ngga bisa ngabarin kamu selama pendidikan nanti"

"Loh? Kenapa? Bukannya kakak udah bawa hp kecilku?"

"Iya.. diperiksa. Kalo ketauan nanti kakak dipulangin katanya"

"Yaampun kak........"

"Maaf ya Sha.. ehm, kakak mau sholat jumat dulu, nanti kakak kabarin lagi ya"


Beberapa saat kemudian, kamu mengirimiku pesan:
W: batre hp kk low sha
S: Yahh di cas kak :(
W: kk gabawa casan oneng. udah jgn lebay
S: Iyaa :')
W: doain aja yang terbaik buat kk
S: Always. Take care kak {}
W: :)
S: :')

Setelah itu aku terduduk lemas di bangku ku sambil meletakan kepala diatas meja dan menutup wajahku. Aku berusaha menahan tangis, menahan rasa sedih yang menyeruak. Aku tak boleh terlihat lemah. Aku tak boleh patah semangat hanya karena ditinggal pergi.
Tapi semua tak semudah yang ku bayangkan. Air mataku mengalir, sesak memenuhi dadaku. Aku tak berani mengangkat kepala ku. Aku malu jika teman-teman mendapatkanku bermata sembab.

Saat ku periksa handphoneku, tak ada pesan singkat darimu. Harusnya aku paham itu. Aku tak boleh cengeng, lebay dan kekanak-kanakan. Aku harus bisa bersikap dewasa.

Selagi menanti 7 bulan berlalu, aku harus memperbaiki diri