Satu Minggu Tanpamu

Kelas Seni Budaya, Jumat 14 Agustus 2015

Satu minggu tanpamu dan masih saja menyisakan perih di dadaku. Hari-hariku terasa kosong tanpamu. Ponselku tak lagi asik ku lihat karena tak ada pesan singkat darimu, tidak ada panggilan telepon darimu, tidak ada sapaan-sapaan hangat darimu. Selalu ku paksa diriku untuk terbiasa menjalani hari tanpamu, karena hidupku harus tetap berjalan, karena aku tetap harus membahagiakan orangtuaku sama halnya seperti kamu yang berhasil lolos tes polisi dan membanggakan orangtuamu. Hidup memang harus tetap berjalan meskipun berkali-kali aku masih sering mengingatmu.

Pagi tadi, aku mengawali hari, mencoba membiasakan diri agar tidak mengecek ponsel seusai bangun tidur. Aku tersenyum memandang langit-langit kamar seakan membalas senyum Tuhan yang memberiku napas kehidupan. Aku berterimakasih karena hari-hariku masih menyenangkan untuk dijalani, meskipun tanpamu, rasanya semua memang berbeda.

Siang tadi, aku melewati jalan yang dulu sering kita lewati. Sesak di dadaku masih sama, aku masih membayangkan duduk di sepeda motormu, memelukmu, tertawa bersama seperti orang kesetanan. Kamu teman paling menyenangkan untuk melakukan banyak tindakan kriminal. Kriminal maksudku adalah perbuatan-perbuatan bodoh yang selalu berhasil membuat aku dan kamu tertawa. Ingatkah kamu saat kamu menggoda seorang perempuan yang membagikan brosur di jalanan? Dengan mengulurkan tanganmu seolah olah akan mengambil brosur itu, tetapi ternyata kamu hanya melambaikan tangan padanya. Melihat raut wajah perempuan itu, kita tertawa seperti bocah kecil yang selalu bahagia.

Ada banyak kenangan yang tiba-tiba muncul menyeruak minta diingat. Kamu telah menjadi bagian diriku dam sangat munafik jika aku mengaku tidak merindukanmu. Kamu humoris, menyenangkan, meneduhkan, dan semua hal sederhana itu selalu berhasil membuatku jatuh cinta berkali-kali. Peluk dan rangkulanmu adalah tempat paling sederhana yang selalu ingin ku kunjungi, sayangnya jarak tak mengizinkanku.

Aku rindu dan selalu ingin tahu kabarmu, tapi aku selalu berusaha melawan perasaan itu, agar aku bisa menjalani hari-hariku senormal mungkin. Aku tak boleh mengharapkan sesuatu yang tak akan terjadi bukan? Aku akan tetap diam menunggu kepulangamu, kak.