Rindu

Rindu, bukanlah sesuatu hal yang bisa dikatakan sebagai perkara mudah. Betapa sakitnya memendam rindu, itu sama sekali tak mudah. Betapa sulitnya mengatakan 'aku rindu', itu juga bukan sesuatu yang mudah. Apalagi kalau merindukan seseorang yang pergi dan samasekali tak bisa dihubungi.
Berjarak ribuan kilometer, membuat seakan-akan tak punya ruang untuk kita saling bersentuhan juga saling menatap. Dengan jarak sejauh ini, rindu kini semakin menggumpal. Mencoba menahan, tapi sulit. Mencoba mengutarakan, apa daya. Setiap hari, aku menahan rindu yang semakin menggebu dan tak mereda. Inikah cara rindu menyiksa?
Aku menghela napas, membayangkan jika kamu ada disini saat ini dan merasakan juga apa yang aku rasakan. Maka mungkin tak akan ada air mata ketika hanya keyakinan yang mampu menguatkan aku agar tetap tegar dan bertahan. Maka tak akan ada isak ketika rindu semakin membabibuta.
Selama bulan yang kita lihat masih sama, selama sinar matahari yang menyengat kulit kita masih sama hangatnya, maka pertemuanku dan kamu masih akan tetap terjadi.
Aku hanya perlu menabahkan hati, sampai bertemu di suatu titik yang mengharuskan untuk bersabar dan mengungkapkan kerinduan itu lewat untaian doa membentuk tangga ke langit.
Rindu hanya setitik rasa, jika cinta yang kuperjuangkan masih sama