Mampukah kita bersatu?

Lagi-lagi tentang perbedaan.
Kita bertemu bukan karena keinginanku. Kita bertemu karena Tuhan izinkan kita. Semua ini bukanlah kebetulan. Semua sudah di rencanakan. Ya, Tuhan yang merencanakan. Kau begitu tampan dan nyaris sempurna, tuan. Mungkin jika Tuhan menciptakan sesuatu yang lebih menakjubkan dari dirimu, Ia akan menyimpannya sendiri.
Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, dan kita pun semakin dekat. Kau selalu memberi semangat baru disetiap hariku. Kau bantu segala hal dalam hidupku sekecil atau sebesar apapun itu. Semua yang berkenaan denganmu, dapat membuatku mampu merada bahagia. Jadi tolong jangan salahkan aku jika kemudian aku sangat menginginkanmu yang seharusnya sudah bisa aku duga-duga, dan tak memikirkan bahwa sejatinya kita tak akan bisa bersama.
Sudah banyak cerita seperti kisah kita. Romeo dan Juliet tidak bisa bersatu karena perseteruan keluarga mereka. Kita tidak separah itu karena keluarga kita tidak bertikai. Ibuku menyayangimu seperti putranya sendiri. Kamu sangat sering bertandang ke rumah ku dan berdiam berjam-jam, tak pernah bosan mendengar cerita-cerita atau celotehanku yang sangat tidak penting.
Aku tak pernah mampu membendung air mataku setiap kali mengingat segala hal yang berbeda antara kita.
Rosario di tanganku, dan tasbih dalam genggamanmu.
Ku idolakan Yesus Kristus dan idolamu Rasulullah Muhammad SAW.
Kubayangkan kau dalam dinginnya pagi, bersujud memenuhi panggilan Tuhan mu, merapal syahadat dan dzikir. Sedangkan aku setiap minggu berangkat ke gereja diiringi senyum, siap mengucap Bapa Kami untuk Tuhan ku. Dia lah satu yang kita sembah. Dia lah satu yang kita rapal dalam doa meski dalam nama yang berbeda.
Kamu tak pernah marah saat aku minta kau menungguku menuntaskan ibadahku. Aku pun tak pernah keberatan saat kau minta aku menunggu di teras masjid.
Ternyata ada banyak momen dimana aku lupa bahwa kita berbeda. Ada kalanya juga aku sadar ada teralis baja memisah hati kita.
Aku tak pernah meminta Tuhan menggantikanmu dengan siapapun. Aku juga tak menyalahkan Tuhan meski kadang aku bertanya tanya, mengapa Tuhan ciptakan kita berbeda? Jika ada begitu banyak agama dan membuat manusia terkotak-kotak, bukankah cinta bisa dikatakan sebagai alat pemersatu semua perbedaan? Seperti kita yang berbeda dalam agama namun satu dalam cinta.
Jauh dalam lubuk hatiku, aku sangat mencintaimu dan akupun tau kau merasakan hal yang sama. Namun aku sungguh tidak tau harus bagaimana dan melakukan apa. Yang aku inginkan hanyalah menikmati sisa umur ku di dunia ini bersama kamu.
Sekali lagi pertanyaanku.
Mampukah kita bersatu meski kita berbeda?