Random thought


Ini hari ke-10 semenjak kau memutuskan untuk diam.

Karena tak bisa benar-benar menanyakan keadaanmu, aku berinisiatif untuk mencarinya sendiri. Ya, dengan hanya bermodalkan sesuatu yang kau posting di social media mu.
Tapi salah satu teman mencemoohku dan bilang yang aku lakukan ini bodoh. Bisa saja dia katakan seperti itu karena bukan dia yang merasakan rindu, bukan? Dia tak akan mengerti bagaimana rasanya rindu dan penyesalan. Sungguh, kau tak akan bisa memikirkan hal lain jika sedang rindu dan menyesal. Tak percaya? Coba saja.

Dari semua hal yang kau posting disana, aku menarik satu kesimpulan. Bahwa, aku benar-benar tak lagi diinginkan. Lucu sekali melihat kau mengatakan bahwa pesanku sangat mengganggu. Atau saat kau memposting sesuatu yang mengatakan seolah-olah kamu "sedang sendiri". Untuk apa? Menarik perhatian? Saat kau masih bersamaku, kamu pun memang sudah menutupi hubungan kita, kan? Sejak dulu aku memang tak diharapkan. Bukan aku cinta yang ada dihatimu. Aku hanya orang yang tiba-tiba masuk ke hidup mu saat kamu kesepian dan butuh semangat. Kebetulan saja aku lewat, hanya kebetulan saja aku membantumu bangkit dan berhasil. Hanya kebetulan.

Tapi tidak dengan kamu.
Sejak dulu, hanya kamulah semestaku. Aku yang tak bisa melakukan apa-apa hanya bisa bergantung padamu. Seperti yang kamu tahu, aku sangat sulit bergaul, hampir tak punya teman, apalagi sahabat. Aku tak punya teman curhat, sebisa mungkin ku pendam semua masalahku sendiri. Tapi tidak setelah tiga setengah tahun terahkir ini. Aku punya kamu tempat ku berkeluh kesah, hanya kamu yang mau mendengarkan betapa bencinya aku mengerjakan pekerjaan seorang perawat saat aku pertama kali bertugas di bangsal rumah sakit.

Waktu itu kau sudah menungguku pulang. Aku yang sangat tidak bersemangat ini segera menyusul ke tempat mu menunggu. Ketika aku melihat senyummu tiba-tiba semangat ini muncul lagi entah darimana. Rasanya sangat menenangkan. Tapi saat kepalaku bersandar dibahumu, tiba-tiba saja semuanya tumpah. Dan hanya dengan pelukmu semua bebanku lenyap.

Sebentar lagi aku akan memulai dinasku yang kedua. Mungkin kali ini aku hanya akan memeluk diriku sendiri. Menepuk dada dan mengatakan "semua akan baik-baik saja, kuatlah"