Nona Melankolis yang mencintai Tuan Plegmatis


"Setelah ada kejadian begini, kenapa baru melankolis sekarang?"

Aku sedikit tertawa dalam hati mendengar kamu mengatakannya. Bagaimana bisa seseorang tiba-tiba mempunyai kepribadian melankolis setelah tertimpa musibah atau masalah? Lucu.

Biar ku jelaskan, ya, Tuan Plegmatis.
Sejak dulu aku adalah melankolis. Sangat jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hariku. Seorang melankolis tak mungkin punya banyak teman dan mampu menjadi pusat perhatian. Mereka lebih suka diam dan menyendiri, mengobservasi. Mereka hanya dapat bercerita pada orang yang sangaaatt mereka percaya (seperti aku yang terlalu mempercayaimu misalnya).

Tidak seperti kepribadianmu, Tuan. Kita punya kepribadian yang sangat berbenturan.
Kamu mudah bergaul dan selalu jadi pusat perhatian. Kamu super sabar & bijaksana. Banyak sekali orang yang nyaman berteman dengan kamu. Bahkan sejak pertama kali bertemu kamu aku juga merasakan betapa nyamannya ada di dekat kamu. Kamu selalu saja bisa memberikan banyak energi positif kepada orang-orang seperti aku yang hanya memiliki pikiran negatif. Itulah alasan si melankolis ini sangat mencintai kamu, Tuan plegmatis.

Hingga ahkirnya kamu lebih memilih pergi. Aku sadar, kamu tak akan mungkin tahan dengan betapa negatif dan pesimisnya diriku. Dua hal yang sangat kamu benci. Aku menjadi mudah marah dan meluap jika ada yang mengusikku. Aku seperti bukanlah aku. Entah iblis mana yang mengambil alih raga ku. Aku hanya bisa menjerit dalam hati,"tolong, keluarlah dari sini"

Tetapi, meskipun kita sudah sejak lama bersama, ahkir-ahkir ini banyak hal yang tak sempat kuceritakan padamu. Aku hanya mampu memandangimu dari kejauhan. Menulis kalimat-kalimat pendek tentang perasaanku dan berharap kalimat itu bisa menyembunyikan isi hatiku.

Sejak awal pertemuan dengan mu, tak terasa tulisan tentang mu telah memenuhi halaman buku ku.

Hahaha, kau pasti tak percaya.
Mau lihat beberapa?